AD (728x90)

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 14 Juni 2015

Aktualisasi Peran Para Intelek dalam Politik Kampus

Share it Please


Aktualisasi Peran Para Intelek dalam Politik Kampus - Intelek dapat diartikan sebagai orang yang mampu dengan baik menggunakan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosinya dalam bertindak, bekerja, dan menyelesaikan berbagai aspek permasalahan kehidupan. Pada hakikatnya, intelek juga merupakan hasil dari proses pembentukan karakter kuat dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pada akhirnya dapat terbentuk kepribadian yang idealis dan mampu membebaskan diri dari pikiran-pikiran invalid.
Intelek mengambil peranan penting dalam alur serta roda pendidikan yang terus-menerus memaksa berbagai elemennya untuk mendongkrak integritas. Hal ini dapat dilihat dari kultural kehidupan kalangan mahasiswa di kampus. Mahasiswa yang tak apatis akan cenderung memaksa dirinya untuk turut andil dalam persoalan “politik kampus” yang bergerak fluktuatif. Hal ini menyebabkan mahasiswa yang benar-benar mengalami proses menuju generasi baharu mambawa diri mereka masing-masing terhadap pembentukan gerakan atas nama mahasiswa sebagai upaya turut duduk mengisi kursi pemerintahan dalam birokrasi kampus.
Kampus sebagai tampat beraspirasi mahasiswa seharusnya juga menyediakan ruang yang tidak hanya untuk gerakan-gerakan pragmatis, melainkan juga ruang untuk membangun pilar-pilar program konstruktif dalam kehidupan kampus. Sehingga para intelek mampu bergerak menginspirasi dengan berasaskan nilai-nilai pancasila dan nilai-nilai dalam masyarakat. Di pihak lain, para intelek dari pihak petinggi kampus turut saling bersinergi menciptakan stereotype “kampus terintegritas” di mata masyarakat.
Bagi organisasi gerakan, baik yang berlatar belakang kaum “agamis” maupun yang berlandaskan parameter yang netral, kampus adalah tempat berbagi peran yang tepat. Tentunya, bukan berarti negatif. Melainkan sebagai usaha mangabdikan diri dan membangun jiwa yang penuh kepedulian, kekompakan, serta kontributif.
Peran para intelek dapat terlihat dari struktur pemerintahan kampus. Menduduki posisi sebagai presiden ataupun gubernur dalam pemeritahan mahasiswa secara tidak langsung membuat perbaikan masyarakat kampus yang lebih aktif dan partisipatif. Dengan demikian, partisipasi langsung dapat terwujud secara perlahan untuk pemberdayaan kepribadian sehingga mampu mencegah aksi anarkis.
Mahasiswa sebagai orang-orang yang gencar-gencarnya mambangun creativity quotient (kecerdasan berkreasi) mamiliki segudang ide segar yang perlu diaktualisasikan melalui gerakan-gerakan kemahasiswaan. Kaum intelek yang dengan terang-terangan tampil unjuk gigi di depan khalayak ramai mempengaruhi pemikiran mahasiswa untuk menyatukan ide atas nama mahasiswa. Sedangkan para intelek yang hanya duduk di balik layar mendorong pihak lain dengan pendekatan secara personal. Dengan kata lain, pembuatan ide-ide maupun kebijakan dalam politik kampus melalui pemerintahan mahasiswa berasal dari berbagai kalangan.
Kaum intelek yang berasaskan pada hukum-hukum Islam dikenal sebagai aktivis dakwah kampus. Munculnya bibit-bibit aktivis dakwah kampus tak lepas dari pengadaan kegiatan mahasiswa Islam yang bersumber pada ajaran Tauhid. Kegiatan semacam ini dimaksudkan untuk “memancing” mahasiswa yang sewaktu duduk di sekolah menengah atas telah mengikuti kegiatan islami, baik mengikuti secara aktif maupun pasif.
Kaum intelek pada kelompok ini memberikan peranan yang sangat penting dalam islamisasi kehidupan kampus. Sehingga tujuan utama yang termaktub dalam jiwa masing-masing aktivis dakwah kampus ialah syumuliyatul Islam, yakni kesempurnaan Islam secara menyeluruh. Upaya inilah yang perlahan mengembangkan konsep pemerintahan mahasiswa yang bernafaskan Islam secara tidak langsung. Dan pada akhirnya, kehidupan kampus yang mulanya berorientasi pada kegiatan akademik saja, akan sedikit bercorak pada perbaikan akhlak dan moral melalui penyeruan gerakan islami dari kelompok ini.
Di sisi lain, para intelek petinggi kampus akan menjadi pemantau barbagai bentuk organisasi serta corak kegiatannya. Dengan berbekal integritas yang sanggup dicapai mahasiswa dalam birokrasi pemerintahan mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan, maka intelek yang berasal dari pihak petinggi kampus akan memetakan pembaharuan dalam perbaikan sistem kelola  kegiatan akademik dan kegiatan akademik.
Akhirnya, aktualisasi peran para intelek dalam politik kampus turut menguatkan nama baik kampus di kalangan masyarakat umum. Tidak hanya demikian, keberadaan gerakan-gerakan kemahasiswaan di lingkungan kampus mendobrak keyakinan masyarakat kampus dalam berfikir tentang sistem tata birokrasi pemerintahan mahasiswa dan universitas. Hal-hal ini dimulai dari kesadaran pribadi kita masing-masing untuk tidak bersikap apatis dan sinis terhadap stigma perpolitikan kampus. Dengan harapan besar, pemerintahan yang telah kokoh di kampus tetap memegang amanah yang diemban.


Oleh
Septian Nanda Rivaldi Gultom
140803056

Pemenang Ajang Menulis "Untuk MIPA yang Baru"



Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

Posting Komentar

© 2013 AKPRO FMIPA USU. All rights resevered. Designed by Templateism